Oleh:
Nama:
Safitri Pratiwi (16215328)
Kelas:
1EA08
Jurusan
Manajemen Fakultas Ekonomi
Universitas
Gunadarma
KATA
PENGANTAR
Puji
syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena atas kehendak-Nyalah
makalah ini dapat terselesaikan tepat pada waktunya.
Dalam
penyelesaiaan makalah ini, kami banyak mengalami kesulitan, terutama disebabkan
oleh kurangnya ilmu pengetahuan.Namun berkat bimbingan dari berbagai pihak,
akhirnya makalah ini dapat diselesaikan walaupun tentu saja masih terdapat
banyak kekurangan. Karena itu, kami mengucapkan terima kasih kepada semua pihak
yang telah membantu dalam penyelesaiaan makalah ini
Kami
menyadari bahwa makalah ini belum sempurna dan masih banyak kekurangannya.Oleh
karena itu, kami berharap adanya kritik dan saran yang membangun agar makalah
ini menjadi lebih baik dan berdaya guna di masa mendatang.
Jakarta,
20 November 2015
Penyusun
BAB
I
PENDAHULUAN
1.1 LATAR
BELAKANG
Semua konsep yang kita
perlukan untuk menganalisa proses-proses pergerakan msyarkat dan kebudayaan,
termasuk lapangan penelitian yang diteliti oleh ilmu antropolgi yang disebut
dinamika social. Konsep yang terpenting adalah mengenai proses
belajar kebudayaan itu sendiri, yakni internalisasi, sosialisasi, enkulturasi.
Selain itu ada proses perkembangan kebudayaan umat manusia (evolusi kebudayaan)
dari bentuk-bentuk kebudayaan yang sderhana hinggayang makin kompleks yang
melalui beberapa tahapan-tahapan. Proses lainnya adalah proses
pengenalan unsur-unsur kebudayaan asing yang disebut proses akulturasi dan
asimilasi.
Negara Indonesia adalah
Negara terdiri dari berbagai suku bangsa, yang masing-masing memiliki budaya yang
berbeda-beda. Perbedaan itulah yang menjadi ciri khas dan keunggulan idnonesia,
Indonesia menjadi unik karena budayanya yang beragam.Keanekaragamanan itu
ditambah lagi dengan masuknya unsure-unsur budaya asing ke Indonesia.Masuknya
budaya asing memperkaya warna kebudayaan Indonesia. Budaya sing itu
sendiri melalui 3macam cara yaitu, difusi, akulturasi, dan asimilasi. Namun
dalam makalah ini hanya membahas tentang akulturasi dan asimilasi.
1.2 RUMUSAN
MASALAH
a) Apa
pengertian dari Asimilasi Budaya?
b) Bagaimana
proses Akulturasi Budaya?
c) Apa
saja faktor pendorong dan penghambat Asimilasi Budaya?
1.3 TUJUAN
PENULISAN
Tujuan
penulisan makalah ini adalah untuk Memberikan pemahaman tentang tentang
perubahan kebudayaan, akulturasi dan asimilasi, jalannya proses akulturasi,
serta masalah psikologis dalam suatu proses akulturasi.
BAB
II
PEMBAHASAN
2.1 Pengertian
Asimilasi Budaya
Asimilasi adalah pembauran
dua budaya, bersama-sama dengan karakteristik hilangnya budaya asli untuk
membentuk budaya baru. Asimilasi ditandai oleh usaha untuk mengurangi perbedaan
antara orang atau kelompok. Untuk mengurangi perbedaan, asimilasi meliputi
upaya untuk memperkuat kesatuan tindakan, sikap, dan perasaan dengan
memperhatikan kepentingan dan tujuan bersama.
Hasil dari proses asimilasi
bahwa perbedaan batas semakin tipis antara individu dalam kelompok, atau bisa
juga batas-batas antara kelompok. Selanjutnya, individu untuk mengidentifikasi
diri dengan kepentingan bersama. Artinya, menyesuaikan sesuai dengan kehendak
kelompok. Demikian pula, antara satu kelompok dengan kelompok lainnya.
Contoh : Rina merupakan orang yang suka menari
tarian Bali Indonesia. Dia berteman baik dengan Rachel dari Amerika Latin dan
bisa tarian tradisional (Tango) dari Amerika Latin. Karena mereka terus
berinteraksi, maka ada campuran budaya yang menghasilkan budaya baru.
Asimilasi dapat terbentuk ketika ada tiga persyaratan
berikut:
·
Ada sejumlah kelompok yang memiliki budaya
yang berbeda
·
Asosiasi terjadi antara individu atau
kelompok secara intensif dan dalam waktu yang relatif lama
·
Budaya setiap perubahan kelompok dan
beradaptasi
2.2 Proses Akulturasi Budaya
Salah satu unsur perubahan
budaya adalah adanya hubungan antarbudaya, yaitu hubungan budaya lokal dengan
budaya asing. Hubungan antarbudaya berisi konsep akulturasi kebudayaan. Menurut
Koentjaraningrat istilah akulturasi atau acculturation atau culture contact
yang digunakan oleh sarjana antropologi di Inggris mempunyai berbagai arti di
antara para sarjana antropologi. Menurut Koentjaraningrat akulturasi adalah
proses sosial yang timbul apabila suatu kelompok manusia dengan suatu
kebudayaan tertentu dihadapkan dengan unsur-unsur kebudayaan asing sedemikian
rupa sehingga unsur-unsur kebudayaan asing itu lambat laun diterima dan diolah
ke dalam kebudayaan sendiri tanpa menyebabkan hilangnya kebudayaan lokal itu
sendiri.
Di dalam proses akulturasi
terjadi proses seleksi terhadap unsur-unsur budaya asing oleh penduduk
setempat. Contoh proses seleksi unsur-unsur budaya asing dan dikembangkan
menjadi bentuk budaya baru tersebut terjadi pada masa penyebaran agama
Hindu-Buddha di Indonesia sejak abad ke-1. Masuknya agama dan kebudayaan Hindu–
Buddha dari India ke Indonesia berpengaruh besar terhadap perkembangan
kebudayaan Indonesia. Unsur-unsur kebudayaan Hindu–Buddha dari India tersebut
tidak ditiru sebagaimana adanya, tetapi sudah dipadukan dengan unsur kebudayaan
asli Indonesia sehingga terbentuklah unsur kebudayaan baru yang jauh lebih
sempurna. Hasil akulturasi kebudayaan Indonesia dengan kebudayaan Hindu–Buddha
adalah dalam bentuk seni bangunan, seni rupa, aksara, dan sastra, sistem
pemerintahan, sistem kalender, serta system kepercayaan dan filsafat. Namun,
meskipun menyerap berbagai unsur budaya Hindu–Buddha, konsep kasta yang
diterapkan di India tidak diterapkan di Indonesia.
Proses akulturasi kebudayaan
terjadi apabila suatu masyarakat atau kebudayaan dihadapkan pada unsur-unsur
budaya asing. Proses akulturasi kebudayaan bisa tersebar melalui penjajahan dan
media massa. Proses akulturasi antara budaya asing dengan budaya Indonesia terjadi
sejak zaman penjajahan bangsa Barat di Indonesia abad ke-16. Sejak zaman
penjajahan Belanda, bangsa Indonesia mulai menerima banyak unsur budaya asing
di dalam masyarakat, seperti mode pakaian, gaya hidup, makanan, dan iptek. Pada
saat ini, media massa seperti televisi, surat kabar, dan internet menjadi
sarana akulturasi budaya asing di dalam masyarakat. Melalui media massa
tersebut, unsur budaya asing berupa mode pakaian, peralatan hidup, gaya hidup,
dan makanan semakin cepat tersebar dan mampu mengubah perilaku masyarakat.
Misalnya, mode rambut dan pakaian dari luar negeri yang banyak ditiru oleh
masyarakat. Namun, dalam proses akulturasi tidak selalu terjadi pergeseran
budaya lokal akibat pengaruh budaya asing. Misalnya, pemakaian busana batik dan
kebaya sebagai busana khas bangsa Indonesia. Meskipun pemakaian busana model
barat seperti jas sudah tersebar di dalam masyarakat, namun gejala tersebut
tidak menggeser kedudukan busana batik dan kebaya sebagai busana khas bangsa
Indonesia. Pemakaian busana batik dan kebaya masih dilakukan para tokoh-tokoh
masyarakat di dalam acara kenegaraan di dalam dan luar negeri. Bahkan beberapa
desainer Indonesia seperti Edward Hutabarat dan Ghea Pangabean sudah mulai
mengembangkan busana batik sebagai alternatif mode pakaian di kalangan generasi
muda. Modifikasi busana tradisional tersebut ternyata dapat diterima oleh
masyarakat dan mulai dijadikan alternatif pilihan mode berbusana selain model
busana barat.
Proses akulturasi
berlangsung dalam jangka waktu yang relative lama. Hal itu disebabkan adanya
unsur-unsur budaya asing yang diserap secara selektif dan ada unsur-unsur
budaya yang ditolak sehingga proses perubahan kebudayaan melalui akulturasi
masih mengandung unsur-unsur budaya lokal yang asli. Bentuk kontak kebudayaan
yang menimbulkan proses akulturasi, antara lain sebagai berikut.
a) Kontak
kebudayaan dapat terjadi pada seluruh, sebagian, atau antarindividu dalam
masyarakat.
b) Kontak
kebudayaan dapat terjadi antara masyarakat yang memiliki jumlah yang sama atau berbeda.
c) Kontak
kebudayaan dapat terjadi antara kebudayaan maju dan tradisional.
d) Kontak
kebudayaan dapat terjadi antara masyarakat yang menguasai dan masyarakat yang
dikuasai, baik secara politik maupun ekonomi.
Berkaitan dengan proses terjadinya akulturasi, terdapat
beberapa unsur-unsur yang terjadi dalam proses akulturasi, antara lain sebagai
berikut.
a. Substitusi
Substitusi adalah pengantian unsur kebudayaan yang lama diganti dengan unsur kebudayaan baru yang lebih bermanfaat untuk kehidupan masyarakat. Misalnya, sistem komunikasi tradisional melalui kentongan atau bedug diganti dengan telepon, radio komunikasi, atau pengeras suara.
b. Sinkretisme
Sinkretisme adalah percampuran unsur-unsur kebudayaan yang lama dengan unsur kebudayaan baru sehingga membentuk sistem budaya baru. Misalnya, percampuran antara sistem religi masyarakat tradisional di Jawa dan ajaran Hindu-Buddha dengan unsur-unsur ajaran agama Islam yang menghasilkan sistem kepercayaan kejawen.
c. Adisi
Adisi adalah perpaduan unsur-unsur kebudayaan yang lama dengan unsur kebudayaan baru sehingga memberikan nilai tambah bagi masyarakat. Misalnya, beroperasinya alat transportasi kendaraan angkutan bermotor untuk melengkapi alat transportasi tradisional seperti cidomo (cikar, dokar, bemo) yang menggunakan roda mobil di daerah Lombok.
d. Dekulturasi
Dekulturasi adalah proses hilangnya unsur-unsur kebudayaan yang lama digantikan dengan unsur kebudayaan baru. Misalnya, penggunaan mesin penggilingan padi untuk mengantikan penggunaan lesung dan alu untuk menumbuk padi.
e. Originasi
Originasi adalah masuknya unsur budaya yang sama sekali baru dan tidak dikenal sehingga menimbulkan perubahan social budaya dalam masyarakat. Misalnya, masuknya teknologi listrik ke pedesaan. Masuknya teknologi listrik ke pedesaan menyebabkan perubahan perilaku masyarakat pedesaan akibat pengaruh informasi yang disiarkan media elektronik seperti televisi dan radio. Masuknya berbagai informasi melalui media massa tersebut mampu mengubah pola pikir masyarakat di bidang pendidikan, kesehatan, perekonomian, dan hiburan dalam masyarakat pedesaan. Dalam bidang pendidikan, masyarakat menjadi sadar akan pentingnya pendidikan untuk meningkatkan harkat dan martabat warga masyarakat. Dalam bidang kesehatan masyarakat menjadi sadar pentingnya kesehatan dalam kehidupan masyarakat, seperti, kebersihan lingkungan, pencegahan penyakit menular dan perawatan kesehatan ibu dan anak untuk mengurangi angka kematian ibu dan anak, serta peningkatan kualitas gizi masyarakat. Dalam bidang perekonomian, masyarakat pedesaan menjadi semakin memahami adanya peluang pemasaran produk-produk pertanian ke luar daerah.
f. Rejeksi
Rejeksi adalah proses penolakan yang muncul sebagai akibat proses perubahan sosial yang sangat cepat sehingga menimbulkan dampak negatif bagi sebagian anggota masyarakat yang tidak siap menerima perubahan. Misalnya, ada sebagian anggota masyarakat yang berobat ke dukun dan menolak berobat ke dokter saat sakit.
Akulturasi kebudayaan berkaitan dengan integrasi sosial dalam masyarakat. Keanekaragaman budaya dan akulturasi mampu mempertahankan integrasi sosial apabila setiap warga masyarakat memahami dan menghargai adanya keanekaragaman berbagai budaya dalam masyarakat. Sikap tersebut mampu meredam konflik sosial yang timbul karena adanya perbedaan persepsi mengenai perilaku warga masyarakat yang menganut nilai-nilai budaya yang berbeda.
a. Substitusi
Substitusi adalah pengantian unsur kebudayaan yang lama diganti dengan unsur kebudayaan baru yang lebih bermanfaat untuk kehidupan masyarakat. Misalnya, sistem komunikasi tradisional melalui kentongan atau bedug diganti dengan telepon, radio komunikasi, atau pengeras suara.
b. Sinkretisme
Sinkretisme adalah percampuran unsur-unsur kebudayaan yang lama dengan unsur kebudayaan baru sehingga membentuk sistem budaya baru. Misalnya, percampuran antara sistem religi masyarakat tradisional di Jawa dan ajaran Hindu-Buddha dengan unsur-unsur ajaran agama Islam yang menghasilkan sistem kepercayaan kejawen.
c. Adisi
Adisi adalah perpaduan unsur-unsur kebudayaan yang lama dengan unsur kebudayaan baru sehingga memberikan nilai tambah bagi masyarakat. Misalnya, beroperasinya alat transportasi kendaraan angkutan bermotor untuk melengkapi alat transportasi tradisional seperti cidomo (cikar, dokar, bemo) yang menggunakan roda mobil di daerah Lombok.
d. Dekulturasi
Dekulturasi adalah proses hilangnya unsur-unsur kebudayaan yang lama digantikan dengan unsur kebudayaan baru. Misalnya, penggunaan mesin penggilingan padi untuk mengantikan penggunaan lesung dan alu untuk menumbuk padi.
e. Originasi
Originasi adalah masuknya unsur budaya yang sama sekali baru dan tidak dikenal sehingga menimbulkan perubahan social budaya dalam masyarakat. Misalnya, masuknya teknologi listrik ke pedesaan. Masuknya teknologi listrik ke pedesaan menyebabkan perubahan perilaku masyarakat pedesaan akibat pengaruh informasi yang disiarkan media elektronik seperti televisi dan radio. Masuknya berbagai informasi melalui media massa tersebut mampu mengubah pola pikir masyarakat di bidang pendidikan, kesehatan, perekonomian, dan hiburan dalam masyarakat pedesaan. Dalam bidang pendidikan, masyarakat menjadi sadar akan pentingnya pendidikan untuk meningkatkan harkat dan martabat warga masyarakat. Dalam bidang kesehatan masyarakat menjadi sadar pentingnya kesehatan dalam kehidupan masyarakat, seperti, kebersihan lingkungan, pencegahan penyakit menular dan perawatan kesehatan ibu dan anak untuk mengurangi angka kematian ibu dan anak, serta peningkatan kualitas gizi masyarakat. Dalam bidang perekonomian, masyarakat pedesaan menjadi semakin memahami adanya peluang pemasaran produk-produk pertanian ke luar daerah.
f. Rejeksi
Rejeksi adalah proses penolakan yang muncul sebagai akibat proses perubahan sosial yang sangat cepat sehingga menimbulkan dampak negatif bagi sebagian anggota masyarakat yang tidak siap menerima perubahan. Misalnya, ada sebagian anggota masyarakat yang berobat ke dukun dan menolak berobat ke dokter saat sakit.
Akulturasi kebudayaan berkaitan dengan integrasi sosial dalam masyarakat. Keanekaragaman budaya dan akulturasi mampu mempertahankan integrasi sosial apabila setiap warga masyarakat memahami dan menghargai adanya keanekaragaman berbagai budaya dalam masyarakat. Sikap tersebut mampu meredam konflik sosial yang timbul karena adanya perbedaan persepsi mengenai perilaku warga masyarakat yang menganut nilai-nilai budaya yang berbeda.
2.3 FAKTOR PENDORONG DAN PENGHAMBAT ASIMILASI
BUDAYA
Faktor pendorong
Faktor-faktor umum yang
mendorong atau mempermudah terjadinya asimilasi antara lain:
a) Toleransi
di antara sesama kelompok yang berbeda kebudayaan
b) Kesempatan
yang sama dalam bidang ekonomi
c) Kesediaan
menghormati dan menghargai orang asing dan kebudayaan yang dibawanya.
d) Sikap
terbuka dari golongan yang berkuasa dalam masyarakat
e) Persamaan
dalam unsur-unsur kebudayaan universal
f) Perkawinan
antara kelompok yang berbeda budaya
g) Mempunyai
musuh yang sama dan meyakini kekuatan masing-masing untuk menghadapi musuh
tersebut.
Faktor penghalang
Faktor-faktor umum yang
dapat menjadi penghalang terjadinya asimilasi antara lain:
a) Kelompok
yang terisolasi atau terasing (biasanya kelompok minoritas)
b) Kurangnya
pengetahuan mengenai kebudayaan baru yang dihadapi
c) Prasangka
negatif terhadap pengaruh kebudayaan baru. Kekhawatiran ini dapat diatasi
dengan meningkatkan fungsi lembaga-lembaga kemasyarakatan
d) Perasaan
bahwa kebudayaan kelompok tertentu lebih tinggi daripada kebudayaan kelompok
lain. Kebanggaan berlebihan ini mengakibatkan kelompok yang satu tidak mau
mengakui keberadaan kebudayaan kelompok lainnya
e) Perbedaan
ciri-ciri fisik, seperti tinggi badan, warna kulit atau rambut
f) Perasaan
yang kuat bahwa individu terikat pada kebudayaan kelompok yang bersangkutan
g) Golongan
minoritas mengalami gangguan dari kelompok penguasa
BAB
III
KESIMPULAN
Asimilasi adalah pembauran
dua kebudayaan yang disertai dengan hilangnya ciri khas kebudayaan asli
sehingga membentuk kebudayaan baru.Suatu asimilasi ditandai oleh usaha-usaha
mengurangi perbedaan antara orang atau kelompok.Untuk mengurangi perbedaan itu,
asimilasi meliputi usaha-usaha mempererat kesatuan tindakan, sikap, dan perasaan
dengan memperhatikan kepentingan serta tujuan bersama. Hasil dari proses
asimilasi adalah semakin tipisnya batas perbedaan antarindividu dalam suatu
kelompok, atau bisa juga batas-batas antarkelompok. Selanjutnya, individu
melakukan identifikasi diri dengan kepentingan bersama.Artinya, menyesuaikan
kemauannya dengan kemauan kelompok. Demikian pula antara kelompok yang satu
dengan kelompok yang lain.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar